Kuningan ( Sabara News ) Upaya pelestarian budaya sunda khususnya Seni Wayang Golek di Kabupaten Kuningan memang sudah seharusnya dilakukan dari sekarang.
Ada keterasingan saat budaya Wayang Golek dipergelarkan di depan publik , terutama di kalangan muda.
Contohnya Sopyan ( 15 th ) warga sekitar yang tampak kebingungan saat lakon wayang digelarkan. Jujur dirinya mengaku tidak hapal nama wayang yang lagi bedialog di panggung, begitupun ketika disuruh menyebutkan nama wayang yang dijajantur mengelilingi panggung. " Saya hanya tahu tokoh wayang Semar dan cepot saja, " ungkapnya sambil tersipu.
Binojakrama Pedalangan yang diselenggarakan di alun-alun Desa Garawangi Senin, 24 Juni , terkesan sangat sederhana. Pengunjung yang hadir menyaksikan hanya undangan dan pihak terkait saja. Masyarakat umum yang hadir bisa dihitung dengan jari. Maka tak heran kalau kursi yang disediakan panitia penyelenggara banyak yang kosong.
Pj Bupati Kuningan Rd Iip Hidayat yang hadir bersama Kadisdik Kuningan Uu Kusmana terlambat satu jam dari yang dijadwalkan, hal ini dikarenakan ada kegiatan persiapan Porsenitas di pendopo .
Dalam sambutannya Iip sempat tergagap saat mengucapkan kata Binojakrama dan harus mengejanya berulang. "Mungkin kata-kata itu asing buat beliau sehingga susah melafalkannya " celetuk seorang warga.
Harapan Iip, dengan adanya kegiatan lomba dalang ini, kedepannya seni wayang golek bisa menjadi berkembang. Minat masyarakat untuk menyukai wayang semakin banyak, sehingga seniman wayang golek tidak sepi job lagi dan bisa eksis seperti jaman dulu.
" Dulu wayang golek sering digelarkan, biasanya sebagai sarana dalam mengedukasi warga terkait program pemerintah. Waktu itu wayang memang dianggap lebih efektif untuk propaganda pemerintah . Dan mudah- mudahan nanti pun bisa seperti dulu lagi " Jelas Iip
Ketua Pepadi ( Persatuan Pedalangan Indonesia) untuk Kuningan Maman mengapresiasi upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam melestarikan budaya tradisional wayang golek. " Memang perlu waktu, perlu proses dan bantuan dari semua pihak untuk mengembalikan kejayaan perwayangan di Kuningan seperti puluhan tahun lalu. Aktor seni (dalang) harus cerdas melihat kondisi jaman, kudu ngindung ka waktu , bisa ngigelan jaman. Misalnya dalang legendaris Asep Sunandar Sunarya yang berani berimprovisasi dengan melonggarkan tetekon dan pakem, meski awalnya dikritisi oleh sesama rekan dalang, tetapi akhirnya bisa mengangkat citra perdalangan ( wayang golek) menjadi pertunjukan yang mendunia," jelas Maman.
Lanjut Maman, " Meski acara Binojakrama digelar secara sederhana, dengan hanya diikuti oleh 12 dalang peserta lomba , yaitu dalang anak 3 , 5 dalang madya dan 4 dalang dewasa. Sedangakan tiga orang juri lomba Binojakrama merupakan dalang senior didikan Asep Sunandar Sunarya ( alm) , Asep Truna dan didikan Dede Amung. Untuk dalang Pemenang lomba nantinya akan diikutsertakan di Binojakrama tingakat propinsi " , jelas Maman.
" Meskipun diselenggarakan secara sederhana , mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik untuk dunia perdalangan dan pewayangan di Kuningan " begitu impian Maman. ( didi s)